Selasa, 07 Agustus 2012

Kedelai Bisa Diganti Kara


Perajin tempe dan tahu disarankan Prof Dr Achmad Subagio agar tidak tergantung pada kedelai saja  
JEMBER – Para perajin tempe dan tahu disarankan   agar tidak tergantung pada kedelai. Alasannya, jika kedelai langka maka harganya bakal melangit. Makanya, dia menyarankan agar bahan dasar kedelai itu    diganti dengan menggunakan kara. 
Saran tersebut disampaikan pakar pertanian dari Universitas Jember Prof Dr Achmad Subagio  MAgr. Menurut dia, untuk mengatasi kelangkaan kedelai itu tidak harus dilakukan dengan cara ekstensifikasi lahan pertanian kedelai.  Sebab, menurut dia, produktivitas tanaman kedelai di Indonesia sulit untuk menghasilkan dengan produktivitas tinggi seperti di Amerika yang per hektare bisa mencapai 2 ton lebih. 
Hal itu terjadi, katanya, karena kedelai itu tanaman subtropis yang membutuhkan sinar matahari lebih lama. Ketika ditanam di Indonesia, meskipun dengan rekayasa sedemikian rupa  sulit menyamai hasil di luar negeri, seperti  Amerika Serikat.   "Di Banyuwangi  lahan yang ditanami kedelai memang sangat subur, tapi produktivitasnya masih kalah," kata lulusan S-2 dan S-3 dari Jepang ini.
Selain produktivitasnya tinggi, di Amerika Serikat, petani kedelai mendapat subsidi besar. Makanya,  kedelai asal AS dijual lebih murah dengan tidak membuat petani rugi. "Produk kita harganya mahal, pasti kalah bersaing. Mau dijual murah, petani rugi karena tak ada subsidi dari pemerintah," katanya.
Di sisi lain dia juga menyebutkan bila  meroketnya harga kedelai ini, tidak jauh beda dengan masalah beras. Keduanya merupakan akibat dari diseragamkannya pemenuhan bahan pangan pada satu jenis saja.   "Padahal di Indonesia ini sangat kaya bahan pangan. Untuk beras, kan banyak varian penggantinya, seperti jagung, sagu, singkong, termasuk kara. Industri kedelai juga begitu, semua menggunakan kedelai. Begitu kedelai mahal, muncul masalah," kata dosen Fakultas Teknologi Pertanian Unej ini.
Karena itu, menurut dia, sangat tidak tepat jika menghadapi kenyataan meroketnya harga kedelai saat ini, sejumlah pemerintah daerah (Pemda) mendorong petani untuk berbondong-bondong menanam kedelai. Sebab, menurut dia, menghadapi problem kelangkaan kedelai untuk bahan baku tempe dan tahu saat ini  sudah saatnya melirik alternatif bahan baku lain yang kandungannya tidak kalah dengan tempe.
Alternatif itu, kata dia,  adalah tanaman yang cocok untuk lahan seperti Indonesia. Dia menyebutkan tanaman kara kalau Jawa menyebutnya karo. Ia menyarankan agar masyarakat dan pemerintah menggalakkan penanaman kara tersebut. 
Alasannya, tanaman kara itu merupakan  tanaman yang sebetulnya sejak dulu sudah digunakan sebagai bahan baku tempe.   "Mari kembali ke tempe dari kara karena dulunya masyarakat kita membuat tempe dari kara. Tempe itu asli buatan Indonesia, bukan dari   kedelai. Sebab, yang dari kedelai itu bawaan dari China yang juga dibuat tahu," katanya.
Menurut dia, kandungan dalam kara tidak berbeda jauh dengan kedelai. Bahkan ada jenis kara yang lebih gurih dibandingkan dengan kedelai.   Dari sisi pola tanam pun kara dikatakan lebih murah karena hampir tidak memerlukan pemupukan. Selain itu, pohonnya juga bisa tumbuh lagi setelah dibabat, tanpa menanam bibit yang baru.
"Kara ini bisa tumbuh di tanah marjinal. India sudah mengembangkan tanaman kara ini dan hasilnya bagus," katanya.
Karena itu, kata dia, sekarang perlu didorong untuk pembuatan tempe dari kara ini. Jenis kara ini di Indonesia ratusan, karena satu jenis saja variannya sangat banyak. Lantas dia ia bercerita bahwa pada era 1970-an dirinya masih merasakan tempe kara. Karena semuanya fokus ke kedelai, maka tempe kara lambat laun menghilang, termasuk tempe benguk.
Namun demikian ia mengakui bahwa untuk mengembangkan tempe kara saat ini   tidak mudah karena ketersediaan bahan bakunya masih sangat sedikit. Untuk itu, dia berharap saat kondisi kedelai mengalami kelangkaan bisa dijadikan momentum untuk mengembangkan kara sebagai bahan baku tempe dan tahu yang memang cocok untuk iklim tropis.
"Untung sekarang kami masih menemukan biji-biji kara dalam berbagai jenis, kalau tidak kan sayang. Kara ini memiliki banyak kelebihan dan kandungan karbohidratnya tinggi. Selain untuk tempe, banyak sekali kegunaan kara ini, seperti untuk saus, kecap, penyedap rasa, susu dan lainnya," katanya.
Subagio mengakui bahwa sesuatu yang sudah ditinggalkan lama untuk diangkat lagi menjadi begitu sulit. Namun, lewat momentum ini menurut dia justru harus dimulai, sehingga di masa-masa mendatang, industri tempe tidak tergantung pada kedelai lagi.

Tidak ada komentar: