Selasa, 11 September 2012

Antara Kuliah, Organisasi, dan Kerja


Kali ini saya sendiri ingin bercerita tentang kehidupan orang yang sekarang sedang melaksanakan studi tingkat atas atau bahasa kerennya kuliah. Semakin bertambahnya jaman, semakin bertambahnya pula orang yang pinter atau melek pendidikan yang bisa dipastikan setiap orang diwajibkan untuk melaksanakan sekolah yang setinggi-tingginya. Karena itu pula lah, yang membuat orang tua harus wajib, atau bahasa jepangnya “kudu” meng kuliahkan anaknya (paling minimal Strata 1). Kenapa mereka beranggapan demikian? Saya bisa pastikan mungkin mereka hanya ingin anaknya kelak masa depannya lebih baik daripada dirinya sendiri, sehingga walaupun berapapun uang yang harus dikeluarkan, ikhlas demi anak. Namun apakah anak yang diberi kepercayaan tersebut dapat melakukan apa yang di amanatkannya?

Sekarang ini kayaknya minat akan kuliah yang bener-bener kuliah kayaknya tidak ada. Kebanyakan hanya menganggap kuliah itu sebagai sampingan semata. Anak kuliah jaman sekarang lebih suka organisasi, atau mencoba mencari uang sendiri. Apakah mereka tidak nyadar akan orang tua yang telah membiayai semua kebutuhannya. Memang bener sih yang menentukan kesuksesan dalam semua hal, adalah salah satunya dengan berorganisasi. Namun yang namanya organisasi itu cuma buat mengisi waktu luang saja, bukan untuk tujuan utama. Mungkin mindset nya yang begitu klasiknya sehingga menganggap organisasi itu segalanya. Bisa dibayangkan deh, kalo orang yang suka berorganisasi tapi ilmunya cetek, pasti kedepannya makin banyaknya cetakan generasi penerusKORUPTOR. Dikarenakan semakin pinternya orang untuk membohongi orang lain, yang mengakibatkan orang tersebut melakukan apapun demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Sekarang beralih pada orang yang mencari uang sendiri, saya pernah di kasih saran sama orang terdekat, bahwa kalo orang tua masih sanggup membiayai semua kebutuhan anaknya kenapa harus mencari pekerjaan sampingan yang kadang-kadang buat kuliah kita jadi berantakan. Dimulai dari sering bolos, datang terlambat, bahkan nilai Indek Prestasi nya hancur. Semua itu pasti ada masanya, kalo seandainya jadwal kuliah masih padat, ya mungkin kegiatan mencari uangnya dapat di tunda dulu gitu. Kan besok kalo sudah pada waktu yang tepat pasti bisa nyari pekerjaan sendiri. Bener gak sih?

Mungkin itu adalah gambaran dari apa yang menjadi Negara Indonesia selalu tertinggal dengan Negara yang lainnya. Dari semua aspek mungkin Indonesia bisa dibilang kalah, namun dalam halgengsi Negara Indonesia lah yang nomor satu. Teknologi sudah kalah, dikarenakan ketika warganya diberi kesempatan untuk melakukan studi, mereka hanya tertarik akan organisasi, bukan pada ilmu yang diberikan. Sehingga semakin lama warga negaranya hanya bisa menjadi konsumen untuk selamanya.  Kapan hal ini dapat dirubah?

#orang Indonesia hanya pintar dalam hal berkomentar, namun dalam praktek atau kenyataannya tidak ada wujudnya. (OMDO= Omong Doang)

#hanya bisa jadi penonton, sehingga pada saat pertandingan sepak bola, moto GP, selalu ramai penonton yang dengan setia menunggu bintangnya main di lapangan. 

#pencetak komentator terbaik, dan koruptor terbaik, bukan pencetak gol seperti apa yang menjadi tontonanya selama ini.

Tidak ada komentar: