Nama: Rizky Faturochman
Nim : A1M010078
Tugas: PAPER KIMIA PANGAN
Prodi : Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas:
Jendral Soedirman
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam makanan sering kali
mengharapkan citarasa atau flavor yang enak. Flavor atau citarasa merupakan
kombinasi dari rasa, sentuhan, bau dan perasaan pada sel reseptor di lapisan
mukosa dalam dinding mulut dan hidung. Oleh
karena itu pada makanan sering ditambahkan bahan penyedap. Namun, sebenarnya
penyedap yang sebenarnya tidak menyedapkaan citarasa makanan dalam arti membuat
makanan yang tidak enak menjadi enak. Yang dilakukan penyedap yang sebenarnya
adalah meningkatkan atau menguatkan citarasa yang sudah ada dalam makanan itu.
Oleh karena itu dalam industri makanan, penyedap sering disebut penguat citara.
Penyedap sendiri merupakan
bahan tambahan pangan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan
aroma. Penyedap rasa dan aroma dapat digolongkan sebgai bahan alami dan
sintestik. Beberapa yang termasuk penyedap atau penguat rasa adalah
5’-nukleotida, maltol, Dioctyl sodium sulfasuccinate,
N,N’-di-o-tolyethylenediamine dan cyclamic acid serta MSG. Penyedap ini biasanya
ditambahkan pada permen, minuman, makanan ringan serta biskuit dan kue.
Penyedap biasanya diperdagangkan dalam bentuk campuran.
Salah satu penyedap makanan
yang banyak dikenal masyarakat adalah MSG atau Monosodium Glutamat. MSG
berbentuk kristal putih dan kaya akan glutamat. Banyak digunakan sebagai bumbu
masakan. Namun sebenarnya MSG tidak mempunyai rasa, tapi mempunyai fungsi
sebagai penegas rasa (flavor enhancer). Jadi sebenarnya MSG hanya untuk
menyenangkan lidah dan otak kita untuk kelezatan makanan.
Monosodium glutamat (MSG) yang banyak
menimbulkan kontroversi antara produsen dan konsumen. Namun sejauh ini, belum
banyak penelitian langsung terhadap manusia. Hasil dari penelitian dari hewan,
memang diupayakan untuk dicoba pada manusia. Tetapi hasil-hasilnya masih
bervariasi. Sebagian menunjukkan efek negatif MSG seperti pada hewan, tetapi
sebagian juga tidak berhasil membuktikan. Yang sudah cukup jelas adalah efek ke
terjadinya migren terutama pada usia anak-anak dan remaja. Memang disepakati
bahwa usia anak-anak atau masa pertumbuhan lebih sensitif terhadap efek MSG
daripada kelompok dewasa. Sementara untuk efek terjadinya kejang dan urtikaria
(gatal-gatal dan bengkak di kulit seperti pada kasus alergi makanan), masih
belum bisa dibuktikan.
B. Tujuan
1.
Mengetahui apa itu MSG?
2.
Mengetahui proses pembuatan glutamate?
3.
Mengetahui Mekanisme
kerja MSG di dalam tubuh?
4.
Mengetahui dampak penggunaan MSG?
5.
Mengetahui berapa ambang batas dari penggunaan MSG?
PEMBAHASAN
A. Monosodium Glutamat (MSG)
Monosodium Glutamat dikenal secara umum sejak
tahun 1960-an. Tapi penyedap sendiri mulai dipakai sejka lama yaitu dengan
menggunakan Laminaria japonica yaitu
sejenis rumput laut. Dan pada tahun 1908, Kikunae Ikeda, seorang profesor dari
Universitas Tokyo menemukan kunci kelezatan pada kandungan asam glutamat. Atas
dasar itulah tercipta rasa baru selain manis, asam, asin dan pahit, yaitu
umami(lezat). Sebelumnya, tahun 1866 di Jerman Ritthausen berhasil mengisolasi asam
glutamat dan mengubahnya dalam bentuk monosodium glutamat (MSG), tapi belum
mengetahui kegunaanya sebagai penyedap rasa. Karena perkembangannya,
diproduksilah L-glutamic acid yang merupakan inti MSG dengan cara fermentasi
(Tonang, 2004).
Monosodium Glutamat atau MSG dikenal dalam rumah
tangga sebagai motto atau vetsin. MSG merupakan garam natrium dari asam
glutamat yang berbentuk kristal putih. Asam glutamat sendiri merupakan komponen
pembentuk protein dan termasuk salah satu dari 20 asam amino yang terdapat di
alam.
Monosodium Glutamat (MSG) merupakan turunan kimia
L-Glutamic acid monosodium salt atau natrium glutamat (sodium glutamat).
Sedangkan ikatan aslinya adalah asam glutamat atau glutamic acid yang mampu mengikat dua ion positif. Karena unsur Na
hanya memiliki satu valensi, maka masih ada satu unsur asam. Karena yang diikat
baru satu, maka disebut mono. MSG memiliki rumus kimia C5H8 NNaO4
.( Winarno, 1989).
Dalam Winarno dan Titi (1994) rumus molekul MSg
adalah:
HOOC-CH-CH-COONa-H2O
NH2
CsH8NNaO4-H2O
(M.w 187 13)
Asam Glutamat merupakan bagian dari kerangka utama
berbagai jenis molekul protein yang terdapat dalam makanan, dan secara alami
terdapat dalam jaringan tubuh manusia. Selain terdapat dalam bentuk protein,
glutmat juga ditemukan dalam bentuk bebas. Glutamat bebas inilah yang berfungsi
secara efektif sebagai pembangkit citarasa dan memegang peranan dalam kelezatan
dan penerimaan konsumen terhadap makanan. Oleh karena itu tomat atau keju
sering digunakan dalam makanan karena mengandung glutamat bebas dalam jumlah
tinggi. Glutamat bebas tersebut dapat bereaksi dengan ion sodium (natrium)
membentuk garam MSG (Winarno dan Titi, 1994).
MSG sendiri sebenarnya
tidak memiliki rasa. Tetapi bila ditambahkan
ke dalam makanan, akan terbentuk asam
glutamat bebas yang ditangkap oleh reseptor khusus
di otak dan mempresentasikan rasa
dasar dalam makanan itu menjadi jauh lebih lezat dan gurih (Tonang, 2004).
B.
Karakteristik dan kandungan di dalam MSG (Monosodium
Glutamat)
1. Karakteristik
MSG
Mononatrium glutamat (juga disebut monosodium glutamat; disingkat MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat . Funsginya
adalah sebagai penyedap rasa. Satu ion
hidrogen (dari gugus —OH
yang berikatan dengan atom C-alfa)
digantikan oleh ion natrium. MSG adalah
garam natrium (sodium) dari asam glutamat (salah satu asam amino non-esensial
penyusun protein). MSG dijual sebagai kristal halus berwarna putih, dan
penampakannya mirip gula pasir atau garam dapur.
2. Kandungan
MSG
MSG tersusun atas 78% Glutamat, 12%
Natrium dan 10% air. Kandungan glutamat yang tinggi itulah yang menyebabkan
rasa gurih dalam segala macam masakan.
C.
Proses
pembuatan MSG
Menurut Setiawati,2008, pada dasarnya terdapat 3 metode pembuatan MSG,
yaitu (1) hidrolisis, metode yang telah
lama tidak digunakan, (2) fermentasi , metode yang saat ini banyak dilakukan
dan (3) sintesis, berbasis pada akrilonitril. Bahan baku untuk pembuatan MSG
yang berfungsi sebagai media bakteri
berasal dari bahan alami seperti tetes gula tebu atau tapioka. Spesifikasi
pembuatan MSG haruslah mengikuti criteria berikut: (1) kandungan Kristal
minimal 99% MSG, (2) kelembapan (kecuali berbentuk air) tidak boleh lebih
tinggi dari 0,5%, (3) kandungan natrium klorida tidak lebih tinggi dari 0,5%,
(4) kemurnian MSG harus terjaga dari komponen arsenic, besi dan kalsium.
Menurut Cahyadi, 2006, pembuatan asam
glutamate dengan secara fermentasi dengan bantuan Corynobacterium, Brevibacterium, Microbacterium atau Arthrobacterium. Asam
gluatamat dapat dihasilkan dari glukosa atau asam asetat sebagai sumber karbon.
Reaksi pembentukannya adalah sebagai berikut.
C6H12O6 + 1,5 O2 à C5H9O4N
+ CO2 + 3H2O
Menurut said (1987), pembentukan asam glutamate dapat dilakukan dengan
menggunakan Micrococcus glutamicus yang
kemudian di sebut Corynobacterium
glutamicus. Reaksi yang terjadi adalah: (1) metabolism gula melalui jalur
EMP(Embden Monophosphate Shunt) dan HMS (Hexosa Monophosphate Shunt), (2) pada
laju aerasi yang rendah, jalur EMP dominan dan asam laktat berakumulasi
daripada asam glutamat, (3) dengan udara cepat, sistem HMS akan dominan dan
asam glutamat berakumulasi. Setelah asam glutamat terbentuk organism hanya
sedikit kemampuan untuk menguraikan produk yang terjadi.
Berikut ini proses pembuatan MSG
(Monosodium Glutamat):
1.
Pertama-tama dibiarkan lifoil yang telah dinokulasikan
ke dalam tabung kolben berisi medium prstaster diinkubasikan selama 16 jam pada
31ºC.
2.
Biarkan prastater setelah itu dapat diinokulasikan ke
dalam medium starter. Kristal murni asam glutamat yang berasal dari proses
pemurnian asam glutamat digunakan sebagai dasar pembuatan MSG. Asam glutamat
yang dipakai proses ini harus mempunyai kemurnian lebih besar dari 95%.
3.
Kristal murni dilarutkan dalam air sambil dinetralkan
dengan NaOH atau NaHCO3
sampai pH menjadi 6,6-7,0. Pada keadaan ini asam glutamate sudah beraksi dengan
Na+ dan membentuk larutan MSG.
4.
Menambahkan arang aktif sebanyak 5 %, diaduk kemudian
didiamkan selama satu jam. Untuk menghasilkan MSG yang jernih.
5.
Cairan berisi arang aktif dan MSG disaring dengan vakum
filter menghasilkan filtrat.
6.
Cairan MSG diuapkan pada kondisi vakum 64 cmHg atau
setara dengan temperature didih 60ºC. pemekatan dilakukan sampai konsentrasi
68-69 MSG/ di larutan. Karena sudah jenuh pemberiaan umpan sebanyak 2% akan
menyebabkan terbentuk Kristal MSG. Proses kristalisai ini berlangsung 14 jam.
7.
Kristal MSG kemudian dipisahkan dengan metode
sentrifusi dari cairannya. Filtrat hasil penyaringan dikembalikan pada proses
pemucatan .
8.
Kristal MSG disaring dan dikeringkan dengan uap panas
dalam lorong pengering. Kemudian diayang secara bertingkat, sehingga didapat
tiga ukuran Kristal , yaitu LLC (Long Large Crystal), LC( Long Crystal) dan
RC(regular Crystal). Sedangkan fine crystal yang merupakan crystal terkecil
dikembalikan pada proses sebagai umpan.
9.
Hasil MSG yang sudah diayak dan dikeringkan tersebut
selanjutnya dimasukan kedalam karung plastic kemudian disimpan sebelum
didistribusikan.
D. Metabolisme Monosodium Glutamat
Tubuh manusia tidak dapat membedakan antara
glutamat bebas yang secara alami terdapat didalam makanan dengan glutamat yang
ditambahkan kedalam makanan. Dengan kata lain, tubuh kita melakukan metabolisme
glutamat dengan cara yang sama baik glutamat alami maupun MSG yang ditambahkan pada makanan, sehingga keduannya
sama – sama diserap oleh usus dan dirubah menjadi asam amino yang berbeda yaitu
alanin. Hal ini menngakibatkan penyerapan MSG tidak berpengaruh nyata terhadap
kenaikan kadar glutamat dalam darah. Selanjutnya alanin diantarkan ke berbagai
organ dan jaringan tubuh, yang disediakan sebagai bahan pembuat protein tubuh
dan energi.
Glutamat
merupakan 10-40 % dari komponen berat protein dalam tubuh karena berfungsi
sebagai menyediakan group asam amino untuk bisintesis bagi asam amino lain.
Glutamat adalah substrat untuk pembetnukan glutamine dan glutationin yang merupakan kunci neurotransmitter didalam
otak dan juga penting sebgai sumber energi bagi jaringan yang ada. Meskipun
gultamat penting sebagai neurotrnsmiter dalam otak, tetapi darah didalam otak
dapat menjadi penghalang yang secara efektif mengeluarkan masuknya plasma
glutamate (Setiawati, 2008).
E. Kontroversi Dampak Penggunaan MSG
Pada tahun 1959,
Food and Drug Administration di Amerika mengelompokkan MSG sebagai “generally
recognized as safe” (GRAS), sehingga tidak perlu aturan khusus. Tetapi
tahun 1968, muncul laporan di New England
Journal of Medicine tentang keluhan beberapa gangguan setelah makan di restoran china sehingga disebut
“Chinese Restaurant Syndrome”.Karena kompisisinya dianggap signifikan dalam
masakan itu, MSG diduga sebagai
penyebabnya, tetapi belum dilaporkan bukti ilmiahnya.
Selanjutnya di tahun 1986, Advisory Committee on
Hypersensitivity to Food Constituent di FDA menyatakan, pada umumnya konsumsi
MSG itu aman, tetapi bisa terjadi reaksi jangka pendek pada sekelompok orang.
Hal ini didukung juga oleh laporan dari European Communities (EC) Scientific Committee
for Foods tahun 1991. Untuk itu, FDA memutuskan tidak menetapkan batasan pasti
untuk konsumsi MSG. Usaha penelitian masih dilanjutkan, bekerja sama dengan
FASEB (Federation of American Societies for Experimental Biology) sejak tahun
1992. (Tonong, 2004).
MSG juga dapat menyebabkan kerusakan otak dan
neurendokrin pada hewan. Selain itu juga dapat menyebabkan reaksi lanjutan
seperti ruam kulit, tachycardia, depresi dan migraine. MSG juga merupakan
eksitoksin yaitu suatu substansi yang dapat mempengaruhi sel – sel syaraf,
menyebabkan kerusakan sel – sel otak dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Eksotoksin dapat memasuki dan menyebabkan kerusakan pada otak manusia karena
manusia kekurangan penghalang darah di hipotalamus. Dan dapat mengakibatkan
luka di hipotalamus sehingga menyebabkan terjadinya perkembangan abnormal
termasuk reproduksi seksal dan obesitas.
Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa MSG
merupakan racun saraf yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan pada individu
muda. Dalam suhu tinggi dapat berubah menjadi senyawa yang berbahaya yaitu
amino-metil-dipiridoimidozol dan amino-dipiridoimidozol yang bersifat mutagen
dan dapat menyebabkan kanker. Konsumsi MSG yang meningkat drastis dapat
meningkatkan kadar glutamat dalam darah. Kadar glutamat yang berlebihan akan
merangsang otak, sehingga berakibat timbulnya reaksi – reaksi yang tidk
dikehendaki. Namun untuk konsumsi dalam dosis rendah belum ada yang menyatakan
akan merusak otak, tapi bila terlalu sering mengkonsumsi walaupun dalam jumlah
sedikit akan menjadi kecanduan terhadap efek MSG terhadap reseptor otak pemberi
rasa sedap.
Sebenarnya hampir semua bahan makanan sudah
mengandung glutamat. Dalam urutan makin tinggi, beberapa diantaranya mengandung
kadar tinggi seperti : susu, telur, daging, ikan, ayam, kentang, jagung, tomat,
brokoli, jamur, anggur, kecap, saus dan keju. Termasuk dalam hal ini juga bumbu-bumbu
penyedap alami seperti vanili atau daun pandan. Masalahnya, sumber penambahan MSG
sering tidak disadari pada beberapa sajian berkuah, sehingga tidak semata-mata
penambahan dari MSG yang sengaja ditambahkan atau yang dari sediaan di meja
makan. Masih belum dicapai kesepakatan mengenai glutamat dari sumber alamiah dan
non alamiah ini. Sejauh ini dinyatakan tidak ada perbedaan proses metabolisme
di dalam tubuh diantara keduanya. Yang jelas, aturan FDA tidak mengharuskan
pencantuman dalam label untuk glutamat dalam bahan-bahan alamiah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar