I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lipid
(Yunani, lipos = lemak) adalah segolongan besar senyawa tak larut air yang
terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik seperti eter dan
kloroform. Sifat inilah yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam
nukleat, dan kebanyakan molekul hayati lainnya (Wilbraham, 1992).
Lemak
dan minyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak
hewan. Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung, minyak
zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak berbentuk padat dan minyak
adalah cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama. Lemak dan minyak
adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida. (Hart, 1987)
B.
Tujuan
Dalam
praktikum uji kualitatif lipid ini, mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan uji
kelarutan dari suatu bahan yang termasuk dalam golongan lipid.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Lipid merupakan
senyawa yang dapat disarikan dari sel dan jaringan oleh pelarut organik tak
polar. Lipid ini merupakan komponen tak larut air yang berasal dari tumbuhan
dan hewan. Bahan lipid yang paling banyak terdapat pada jasad hidup adalah
turunan gliserol. Lemak dan minyak merupakan triester gliserol yaitu
triasilgliserol (sering disebut trigliserida). Lemak dan minyak merupakan
gliserol lipid yang paling umum.
Lipid adalah
suatu senyawa organik berminyak atau berlemak. Secara kimiawi lipid adalah campuran
ester dari asam lemak dan gliserol (Wikipedia, 2008)
Lipida dikenal
sebagai minyak (minyak organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak
dan lilin. Istilah “lipida” mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik non-polar dan hidrofob (tidak
menyukai air) yang essensial dalam menyusun struktur dan menjalankan fungsi sel
hidup. Karena lipid termasuk non-polar, maka lipida cenderung untuk tidak larut
dalam pelarut polar, dalam hal ini adalah air dan alkohol. Namun ada sedikit
yang dapat larut dalam alkohol, walaupun alkohol termasuk dalam pelarut polar.
Lipida itu senyawa organik yang berminyak yang biasanya dapat larut oleh
pelarut non-polar yaitu kloroform (CHCl3), eter, dan pelarut-pelarut
halogen lainnya (Ketaren.S, 1986).
Lipid mempunyai beberapa fungsi
diantaranya adalah sebagai komponen struktural membran, sebagai bahan bakar,
sebagai lapisan pelindung dan sebagai vitamin dan hormon (Martoharsono, 1981).
Lipida dapat diklasifikasikan dengan
beberapa cara. Secara tradisional lipida diklasifikasikan menjadi 5 golongan:
a. Gliserida dan asam lemak, termasuk di dalamnya
lemak dan minyak
b. Fosfolipida
c. Spingolipida
d. Glikolipida
e. Terpenoid, termasuk di dalamnya getah dan
steroida (Lehninger, 1982).
Lemak sama dengan minyak. Orang yang
menyebut lemak secara khusus bagi minyak nabati atau hewani yang berwujud padat
pada suhu ruang. Lemak juga biasanya disebutkan kepada berbagai minyak yang
dihasilkan oleh hewan. Lepas dari wujudnya yang trigliserida atau triagliserol,
kedua istilah ini berarti triester (dari) gliserol (Wikipedia, 2008).
Lipid tersusun atas asam lemak, biasanya merupakan
molekul tak bercabang yang mengandung 14 sampai 22 atom karbon. Senyawa ini
hampir selalu mempunyai jumlah atom yang genap. Baik asam lemak jenuh maupun
tidak jenuh dapat diperoleh kembali dari hidrolisis senyawa lipid (Westhem,
1956). Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat sebagai ester
dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Karena asam lemak merupakan molekul tak
bercabang maka asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai
lurus (Page. DS, 1981)
Lemak merupakan trigliserida padat, sedangkan
minyak merupakan cairan pada suhu kamar tertentu. Sudah lazim untuk menyebut
semua cairan organik kental sebagai minyak. Lemak umumnya bersumber dari hewan,
sedangkan minyak berasal dari tumbuhan. Beberapa contoh lemak dan minyak adalah
lemak sapi dan minyak kelapa. Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam
karboksilat suku tinggi (Ketaren. S, 1986). Rumus umum asam lemak adalah R.COOH
dimana R menunjukkan suatu rantai hidrokarbon. Setiap gugus –OH dari gliserol
bereaksi dengan –COOH dari asam lemak membentuk sebuah molekul lemak. Berikut
ini adalah reaksi kondensasi:
O
CH2—OH CH2—O—
C —R
O O
CH—OH + 3 H—O—C—R CH—O—
C —R
O
CH2—OH CH2—O—
C —R
1 molekul 3
molekul 1 molekul
Gliserol asam lemak lemak
(Fessenden, 1984)
Sedangkan
asam-asam lemak yang menyusun lipid dapat dibagi menjadi dua yaitu:
- Asam lemak jenuh
Lemak yang
berwujud padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh yang
mempunyai rantai karbon pendek mempunayi titik lebur yang rendah.
Rantai karbon
jenuh ialah ikatan yang tidak mengandung ikatan rangkap. atau dengan kata lain,
atom C penyusun asam lemak telah dijenuhi oleh atom C lain dan atom H.
H H
H H H
H H
—C—C—C—C—C—C—C—
H H H
H H H
H
- Asam lemak tidak jenuh
Asam lemak
tidak jenuh dapat mengandung satu ikatan rangkap atau lebih, lemak yang
berwujud cair (minyak) banyak mengandung asam lemak tidak jenuh, misalnya
minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kacang, dan lain-lain. Asam lemak
tidak jenuh mempunyai titik cair yaitu lebih rendah dibanding asam lemak jenuh.
H H
H H H
H H
—C—C=C—C—C=C—C—
H H H
Asam lemak yang tersebar paling merata dalam alam,
yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam oleat sendiri adalah Z-Δ9-oktadekenoat merupakan asam lemak tak
jenuh yang banyak dikandung dalam minyak zaitun. Asam ini tersusun dari 18 atom
C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam
minyak zaitun (55-80%), asam lemak ini juga terkandung dalam minyak bunga
matahari kultivar tertentu, minyak raps, serta minyak biji anggur.
Rumus kimia asam oleat: CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH.
Asam lemak ini
pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau kuning
kecokelatan (Wikipedia, 2008).
Berikut ini
macam-macam lemak dan minyak yang sering digunakan sebagai sample untuk menguji
kelarutan pada lemak : minyak kelapa, minyak sawit, mentega, shortening, dan
margarine. Minyak kelapa adalah
minyak yang diperoleh dari buah kelapa yang diolah terlebih dahulu menjadi
santan dan kemudian dijadikan minyak. Berdasarkan kandungan asam lemaknya,
minyak kelapa digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam
lauratnya paling besar. Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa
digolongkan ke dalam minyak asam laurat.karena kandungan asam lauratnya paling
besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat
ketidakjenuhannya dengan bilangan iod, maka minyak kelapa mengandung asam lemak
jenuh. Berbeda dengan minyak kelapa, minyak kelapa sawit merupakan lemak semi
padat yang mempunyai komposisi yang tetap (Ketaren, 1986).
Shortening atau mentega putih adalah lemak atau
campuran yang memiliki sifat plastisitas tertentu sehingga mampu membuat
makanan seperti roti dan kueh menjadi lembut, shortening diperoleh dari hasil
pencampuran dua macam lemak atau lebih, atau dengan cara hidrogenasi. Sedangkan
mentega merupakan suatu lemak, tetapi suatu bahan pangan berlemak dalam bentuk
emulsi water in oil dan ke dalamnya
ditambahkan bahan-bahan bukan lemak dalam jumlah kecil. Mentega dibuat dengan
jalan mengocok krim yang telah dipasteurisasi. Berikutnya adalah margarine.
Margarine ini merupakan hasil emulsi air dalam lemak (Ketaren, 1986).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- Cawan petri
- Corong
- Spatula
- Shaker
- Kertas saring
-
Tissue
B. Bahan
- Asam lemak
* Asam Oleat
- Lemak
dan Minyak:
*
Minyak Kelapa
*
Minyak Sawit
*
Lemak Sapi
*
Shortening
*
Mentega
*
Margarine
-
Pelarut:
*
Aquades
*
Alkohol
*
Eter
*
Kloroform (CHCl3)
* Aseton
C. Prosedur kerja
1. Pengujian kelarutan bahan:
|
↓
|
↓
|
↓
|
2. Pengujian residu pada bahan yang larut:
|
↓
|
↓
|
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Pelarut
Sampel
|
Aquades
|
Alkohol
|
Eter
|
Kloroform
(CHCl3)
|
Aseton
|
Asam Oleat
|
Tidak larut
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Minyak Kelapa
|
Tidak larut
|
Larut
|
Larut, ada residu
|
Larut
|
Larut, ada residu
|
Minyak Sawit
|
Tidak larut
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut
|
Lemak Sapi
|
Tidak larut
|
Tidak larut
|
Tidak larut
|
Tidak larut
|
Tidak larut
|
Shortening
|
Tidak larut
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Mentega
|
Tidak larut
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Margarine
|
Tidak larut
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
Larut, ada residu
|
B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan
uji kelarutan. Prinsip dari uji kelarutan adalah kelarutan suatu zat ditentukan
oleh nilai polaritasnya yang sama. Dengan kata lain ditentukan oleh jenis
ikatan polar dan non-polarnya. Lipid merupakan senyawa yang dapat disarikan
dari sel dan jaringan oleh pelarut organik tak polar. Lipid ini merupakan
komponen tak larut air yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Minyak dan lemak
hanya sedikit yang dapat larut dalam alkohol, tetapi akan dapat larut sempurna
dalam etil eter, karbon disulfida dan pelarut halogen. Ketiga jenis pelarut ini
memiliki sifat non-polar sebagaimana halnya minyak dan lemak netral. Kelarutan
dari minyak dan lemak ini dipergunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak. Ikatan yang mempengaruhi kelarutan suatu bahan ádalah ikatan polar yaitu
ikatan yang terjadi antara dua fase yang berbeda tetapi tidak menyatu. Ikatan non-polar yaitu ikatan antara dua fase yang
berbeda dapat menyatu.
Pelarut organik non-polar yang digunakan
dalam praktikum ini adalah: kloroform, eter, dan aseton. Kloroform dan eter merupakan senyawa organik
non-polar, sehingga kloroform dan eter dapat melarutkan lemak dan minyak.
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3).
Kloroform dan eter dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius,
meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut non-polar di laboratorium atau
industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap.
Aquades termasuk dalam pelarut organik polar. Oleh karena
itu sesuai dengan referensi, sampel dalam hasil percobaan dan pengamatan tidak
ada yang larut dalam air.
Sampel yang larut dalam pelarut non-polar tersebut antara
lain asam oleat, minyak kelapa, minyak sawit, shortening, mentega dan margarine.
Sesuai dengan referensi, seharusnya lemak sapi dapat larut dalam pelarut
non-polar, akan tetapi dalam hasil percobaan dan pengamatan lemak sapi tidak
dapat larut dalam pelarut non-polar ini karena terjadi kesalahan yaitu lemak
sapi sudah terkontaminasi atau teroksidasi dengan baik oleh oksigen, oleh
cahaya atau bahkan oleh mikroba dan karena penggunaan sampel lemak sapi
berlebih sehingga tidak dapat larut pada pelarut non-polar.
Sampel yang dilarutkan dalam alkohol ternyata
dapat larut, kecuali lemak sapi yang pada pelarut organik non-polarpun tidak
dapat larut. Semua sampel kecuali lemak sapi dapat larut dalam alkohol karena
pada dasarnya telah dijelaskan sebelumnya bahwa alkohol dapat melarutkan
sedikit lemak dan minyak karena alkohol itu termasuk pelarut semi-polar.
Sehingga terdapat residu pada sampel yang larut dalam alkohol setelah
dikeringkan karena terjadi kelarutan yang tidak sempurna.
Semua sampel
yang telah diuji dan yang dapat larut dalam pelarut non-polar ternyata setelah
dipanaskan terdapat residu. Hal ini disebabkan karena adanya kelarutan yang
tidak sempurna dari masing–masing pelarut dan sampel.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
* Lipida mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik non-polar dan hidrofob. Karena non-polar, lipida tidak larut dalam pelarut
polar, seperti air atau alkohol , tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter atau kloroform.
* Dari
semua sampel yang telah diuji, yang dapat larut dalam pelarut non-polar ádalah
asam oleat, minyak kelapa, minyak sawit, shortening, mentega, dan margarine. Hanya lemak sapi yang tidak dapat larut pada semua jenis
pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden,
RJ dan Joan F. 1986. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Hart,
Harold. 1987. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Ketaren, S.
1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Martoharsono,
Soeharsono. 1981. Bokimia Jilid I. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Page, DS dan
R. Soendoro. 1989. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Westhem
and Jeskey. 1956. Introductory
Organic Chemistry. Mc Graw_Hill
Book Company Inc: New York .
Wilbraham,
Antony C, dkk. 1992.Pengantar Kimia Organik dan Hayati.Bandung: ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar