Sabtu, 24 November 2012

Manfaat Madu



           Lebah Merupakan Makhluk Allah SWT yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Sebagai firman Allah dalam surat An-Nahl : 69 yang artinya

69. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
              Madu adalah cairan manis yang berasal dari nektar tanaman yang diproses oleh lebah menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap oleh sel-sel tubuh. Sejumlah mineral yang terdapat dalam madu seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin, seperti vitamin E dan vitamin C serta vitamin B1, B2 dan B6 (Winarno, 1982 dalam Ratnayani dkk., 2008). Selain itu madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk melawan bakteri patogen penyebab penyakit infeksi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan penyakit atau infeksi dapat dihambat oleh madu. Madu dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli, Listeria monocytogenes, dan Staphylococcus aureus (Suryani, 2004).

      Produksi dan tipe madu yang dihasilkan oleh lebah madu tergantung pada bunga vegetatif alami yang berbunga pada musim yang berbeda. Jadi, bunga dari nektar yang dikumpulkan lebah untuk menghasilkan madu juga akan memberikan pengaruh yang berbeda pada aktivitas antibakteri pada madu. Di Indonesia terdapat beberapa jenis madu berdasarkan jenis flora yang menjadi sumber nektarnya (Suranto, 2007). Madu monoflora merupakan madu yang diperoleh dari satu tumbuhan utama. Madu ini biasanya dinamakan berdasarkan sumber nektarnya, seperti madu kelengkeng, madu rambutan dan madu randu. Madu monoflora mempunyai wangi, warna dan rasa yang spesifik sesuai dengan sumbernya. Sedangkan jenis yang lain yaitu madu poliflora. Madu poliflora merupakan madu yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga. Madu ini biasanya berasal dari hutan yang diproduksi oleh lebah-lebah liar. Dari beberapa jenis madu yang berbeda sumber nektarnya ini dimungkinkan akan memiliki aktivitas antibakteri yang berbeda pula. Sumber nektar yang berbeda akan mempengaruhi sifat madu yang dihasilkan oleh lebah, diantaranya dari segi warna, rasa, dan komponen madu.
           
SUmber Pustaka
Al-quran
Ratnayani, K., N.M.A. D. Adhi S., dan I G.A.M.A.S. Gitadewi, 2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa Madu Randu dan Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia 2 (2) : 77-86.
Suranto, A. 2007. Terapi Madu. Penebar Plus, Jakarta.
Suryani Lilis dan Shani Nur Maida. 2004. Daya Anti Bakteri Madu Terhadap Beberapa Kuman Pantogen Secara In Vitro. Jurnal kedokteran YARSI. Dapertemen Mikrobiologi Sekolah Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Sabtu, 03 November 2012

MANFAAT BELATUNG/ LARVA LALAT HIJAU


   
penulis:  Slamet Edi Abdullah  S.Pd.I
     Ingatkah kita akan kisah Nabi Ayyub dengan  belatung? Suatu kali Nabi Ayyub menderita penyakit kulit. Badannya membusuk dan dihinggapi banyak belatung. Sang nabi dijauhi masyarakat termasuk istrinya, karena jijik. Kala Nabi Ayyub akan beribadah kepada Allah SWT, ia tanggalkan belatung tersebut dari luka-lukanya dan setelahnya ia kembalikan belatung-belatung ke tubuhnya dan membiarkan luka-lukanya dimakan belatung. Mengapa Nabi Ayyub membiarkan ulat-ulat itu tetap hinggap ditubuhnya. Kita mungkin terheran-heran akan kesabaran nabi Ayyub, tetapi di balik kisah itu ternyata ada sebuah rahasia tersembunyi dari kebesaran Allah SWT. Yang mengejutkan adalah, secara medis belatung ternyata memang bisa menyembuhkan!
Belatung merupakan larva lalat dan di dunia ini ada ribuan spesies lalat dengan ciri yang berbeda. Beberapa jenis belatung senang hidup di jaringan mati, sedangkan yang lain tinggal di jaringan hidup. Secara umum, belatung selalu dianggap sebagai pemakan bangkai yang menyeramkan sekaligus menjijikkan Bahkan kemunculannya pada mayat sering diidentikkan sebagai azab orang berdosa.
Namun dalam ilmu pengetahuan, belatung dapat dimanfaatkan untuk praktik pengobatan luka infeksi yang disebut Maggot Debridement Therapy (MDT). Tentu tidak sembarang belatung yang bisa menyembuhkan luka infeksi, hanya belatung atau larva lalat hijau saja (Lucilia Sericata) yang sanggup digunakan. Nah, penggunaan belatung ini bermula pada abad 16 di Perancis. Ketika itu Ambroise Pare, dokter bedah di masa Charles IX dan Henri III, mengamati efek belatung pada tentara yang terluka pada tahun 1557 yang justru membaik kondisinya. Lalu di masa Napoleon telah diketahui bahwa belatung memakan jaringan yang mati, sehingga membantu proses penyembuhan luka.
Sejak itu, pemanfaatan belatung terus bertahan hingga abad ke-19. Di awal abad 20, penggunaan belatung menjadi sangat populer untuk merawat luka kronis di Amerika Utara dan Eropa. Penggunaan belatung sebagai Maggot Debridement Therapy (MDT) telah digunakan secara rutin oleh ribuan dokter, hingga akhirnya dapat tergantikan oleh teknik pembedahan terbaru serta penemuan antibiotik pasca Perang Dunia II. Terapi ini kemudian terus dikembangkan seiring makin resistennya penggunaan antibiotik. Studi klinis pada tahun 1989 di Veterans Affairs Medical Center in Long Beach California dan di Universitas California menunjukkan bahwa penggunaan belatung masih cukup bermanfaat.