Selasa, 14 Agustus 2012

Memilih Pemimpin dan Menyikapi Manusia



Oleh

Dr. H. Rusli Hasbi, MA

Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 51-54:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (51) فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ(52)وَيَقُولُ الَّذِينَ ءَامَنُوا أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْوَيَقُولُ الَّذِينَ ءَامَنُوا أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَأَصْبَحُوا خَاسِرِينَ(53)يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(54)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: “Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?” Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS 5:51-54)

Memilih Pemimpin

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
(Ya ayyuha allazina amanu,)

Wahai orang-orang yang beriman,… Ini adalah seruan Allah khusus untuk mereka yang beriman,

 لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
(la tattakhizu al-Yahuda wa an-Nashara auliya-a, ba’dhuhum auliya-u ba’dhin.)

…janganlah sekali-kali kamu mengangkat orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin kamu.

Apa hikmah di balik pelarangan itu? Sebelumnya kita harus ketahui bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tidak pernah senang dengan keberadaan kita umat Islam dan agama yang kita anut. Mereka baru senang jika kita memeluk dan mengikuti ajaran mereka. Kalau mereka diangkat menjadi pemimpin umat Islam, itu berarti mereka diberikan peluang untuk melaksanakan misi-misi mereka, yaitu menghancurkan akidah umat Islam dan menjadikan kita penganut-penganut agama mereka.

Allah telah memberikan warning kepada kita dalam surat al-Baqarah, yaitu walan tardha ‘anka al-Yahudu wala an-Nashara hatta tattabi’a milltahum….Mereka orang-orang Yahudi tidak akan pernah ridha dan senang kepadamu sampai kamu mengikuti agama, sistem nilai, dan pola berpikir mereka. Ini cukup menjadi peringatan bagi kita agar lebih selektif dalam memilih pemimpin. Jangan sampai kita memberi peluang untuk mereka yang jelas-jelas memusuhi kita dari dulu.

وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ(51)
(Wa man yatawallahum minkum fainnahu minhum.)

Kalau di antara kalian (umat Islam) ada yang melantik orang Nasrani dan Yahudi sebagai pemimpin umat Islam, fa innahu minhum… percayalah orang itu temasuk kaum Yahudi dan Nasrani juga. Innallaha la yahdi al- qauma adh-dhalimina… Allah tidak akan memberi hidayah sedikit pun kepada kaum-kaum yang zalim. Kaum yang zalim adalah orang yang mengambil Nasrani dan Yahudi menjadi pemimpin, sedangkan dia sendiri adalah seorang muslim.

Mengangkat Pembantu

Jangankan untuk menjadi pemimpin, untuk menjadi pembantu pun peluang seorang Yahudi dan Nasrahi patut dipertanyakan. Dari ‘Ayyadh diceritakan bahwa Saidina Umar Ra memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari (sahabat Nabi) untuk memberikan laporan tentang apa yang telah diambil dan diberikan oleh rakyat. Wakana lahu katib nasrani.. Abi Musa mempunyai seorang sekretaris yang beragama Nasrani. Farafa’a ilaihi… kemudian Abu Musa menyuruh sekretarisnya untuk membacakan isi laporan. Laporan tersebut ternyata sangat detil dan teliti. Umar r.a. yang tidak mengetahui status agama yang dianut oleh sekretaris tersebut menjadi kagum dan berkata, “inna haza lahafidz” ini memang jujur sekali. Kemudian Umar berkata, “Hal anta qori’ lana kitaban fil masjid ja-a min Syam?” Umar menawarkan kepada sektretaris tersebut untuk membacakan di dalam masjid sebuah surat yang baru saja tiba dari Syam (Suriah).

Namun Abu Musa menyela dengan mengatakan bahwa seketretaris tersebut tidak bisa membacakan surat tersebut di Masjid. Lalu Umar bertanya kenapa. Apakah karena ia berjunub sehingga tidak bisa masuk masjid? Faqala la bal nasrani.. “dia tidak berjunub, tetapi dia seorang Nasrani”. Saidina Umar langsung marah dan memukul paha Abi Musa. tsumma qala akhrijuhu, kata saidina Umar, “keluarkan Nasrani itu dari sini!”

Di sini kita pahami bahwa masalah pemilihan sosok pemimpin (dan pembantu – red) adalah masalah sensitif yang perlu kehati-hatian. Jangan sampai kita diatur oleh orang-orang yang telah jelas-jelas perannya bagi umat Islam dilarang oleh Allah SWT.

Sikap Orang Munafik

فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ……..الخ
(Fatara allazina fi qulubihim maradhun yusari’una fihim yaquluna nakhsya an tushibana da-irah….dst.)

Wahai Muhammad, engkau akan melihat sebagian orang yang dalam hatinya ada bibit-bibit kemunafikan dan keraguan bergegas memilih orang-orang Nasrani dan Yahudi sebagai pemimpin mereka serta mencintai mereka dengan sepenuh hati. Mereka mengira bahwa kedua kaum tersebut akan dapat menolong dan menyelamatkan kaum muslimin dari serangan kaum kafir Mekkah dan dengan bantuan mereka Allah akan memberikan kemenangan kepada Rasul dan umatnya sehingga dapat menaklukkan Mekkah. Lalu dengan kemenangan itu, mereka (kaum munafik) berharap akan dapat memegang kendali atas kaum muslimin.

Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat ini turun sebelum penaklukan kota Mekkah. Beberapa waktu kemudian Mekkah dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin berkat pertolongan Allah dan bukan karena bantuan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Kaum munafik akhirnya menyesal karena gagal memegang kendali atas negara, sebaliknya umat Islamlah yang berkuasa.

وَيَقُولُ الَّذِينَ ءَامَنُوا أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْوَيَقُولُ الَّذِينَ ءَامَنُوا أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَأَصْبَحُوا خَاسِرِينَ(53)
(Wayaqulu allazina amanu aha-ula-i allazina aqsamu billahi jahda aimanihim…dst.)

Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa setelah Allah membuka kedok kaum munafik dan siasat-siasat mereka, kaum muslimin menjadi terheran-heran dan mengatakan, “Inikah orang-orang yang dulunya mengaku bagian dari kita?”

Orang Murtad

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
(Ya ayyuha allazina amanu man yartadda minkum ‘an dinihi fa saufa ya’tiyallahu biqaumin yuhibbuhum wayuhibbuhanu.)

Wahai orang-orang yang beriman, siapa saja di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka Allah akan menggantikan mereka dengan mendatangkan suatu kaum yang dicintai dan diridhai Allah dan mereka pun mencintai-Nya.

Sifat Muslim Sejati

أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ
 (azillatin ‘ala al-mukminina a-’izzatin ‘ala al-kafirina, yujahiduna fisabilillahi wala yakhafuna laumatan la-im.)

Kaum tersebut bersikap lemah lembut terhadap kaum muslimin dan bersikap keras dan tegas terhadap kaum kafir. Inilah sifat-sifat muslim sejati yang pandai memposisikan diri. Mereka adalah saudara dan kawan setia bagi sesama muslim, sebaliknya adalah lawan yang tangguh dan keras terhadap musuh. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut dengan apapun yang terjadi, sekalipun mereka menjadi bahan cemoohan dan ejekan orang-orang yang tidak senang dengan tindakan mereka. Ibnu Katsir merincikan jihad yang mereka lakukan, seperti taat kapada Allah, menegakkan keadilan dengan menghukum orang yang bersalah, melawan musuh, mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran.

ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(54)
(Zalika fadlum minallahi yu’tihi man yasyak, wallahu wasi’un ‘alim.)

Sikap seperti itu (lembut terhadap muslim dan keras terhadap musuh) merupakan sebuah rahmat dari Allah bagi mereka yang mengamalkannya. Hal ini jangan dibantah lagi. Sesungguhnya ilmu Allah itu Maha luas dan Allah Maha mengerti segala-galanya.

Kesimpulan

Supaya pembelajaran kita lebih terarah, saya selalu berusaha menyisipkan pada akhir pertemuan kita beberapa kesimpulan. Yang dimaksud kesimpulan bukan ringkasan, tetapi buah yang bisa langsung dipetik dari pertemuan ini untuk dimakan (diamalkan) dalam rangka memperbaiki gizi iman dan Islam kita.

Di antara beberapa kesimpulan kajian kita tentang surat Al-Maidah ayat 52-54 adalah:

Jangan pernah bermimpi orang-orang yang berbeda akidah dengan Anda akan menjadi pemimpin setia Anda. Di permukaan boleh jadi mulut mereka sangat manis, tetapi hati mereka tidak pernah mencerminkan apa yang mereka sampaikan. Mereka tidak pernah senang pada Anda sampai Anda masuk pada agama mereka. Rahasia isi hati mereka dibongkar oleh Allah supaya Anda tidak terkecoh.
Kedekatan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah ciri-ciri kemunafikan. Orang munafik juga harus diwaspadai, jangan sampai menjadi pemimpin bagi kaum muslimin. Strategi mereka adalah menghancurkan Islam dari dalam.
Orang-orang yang murtad dari agama Islam tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah lebih senang kepada orang beriman yang Allah cinta kepada mereka dan mereka pun cinta kepada Allah. Jadi, cinta Allah (mencintai ajaran-Nya, rasul-Nya dan agama-Nya) adalah salah satu ciri orang yang jauh dari kemurtadan.
Sikap lembut kepada saudara seiman dan seagama harus dipupuk di antara kaum muslimin. Jauhilah pertentangan di kalangan umat. Permasalahan kecil jangan dibesar-besarkan tapi disikapi dengan arif dan penuh kelembutan.
Terhadap orang-orang kafir, orang-orang munafik, atheis, atau mereka yang membenci Islam, sikap umat Islam sudah jelas sebagaimana dituntun dalam Al-Quran. Tetapi bersikap keras tidak berarti kasar atau memusuhi. Hanya kalau Islam dimusuhi dan dipojokkan, barulah Islam bersikap keras dan tegas terhadap mereka. Tetapi sejauh tidak ada tanda-tanda permusuhan dari mereka, Islam tidak keluar untuk menggangu siapa pun.
Kalau diperhatikan, kalimat “Ya ayyuha allazina amanu” (wahai orang-orang yang beriman) sering digunakan dalam Al-Quran, lalu diikuti dengan bermacam-macam seruan kepada kebaikan (jihad). Ini mengindikasikan pentingnya keimanan dalam kehidupan umat manusia. Hidup tidak akan berarti tanpa adanya iman dan jihad. Jihad seorang mukmin adalah mengajak, mengarahkan, menuntun manusia kepada kebaikan dan mencegah, membela, menghindarkan mereka dari kemungkaran. (38/e)
sunber : http://ruslihasbi.wordpress.com/hikmah/r/

Pengertian Pancasila


A.    Pengertian Pancasila
Guna memahami pancasila sebagai ideologi secara lebih baik, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu apa itu pancasila. Banyak tokoh nasional yang telah merumuskan konsep pancasila sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Namun jika dicermati secara umum definisi konsep tersebut relatif sama berikut adalah beberapa pengertian pancasila yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
a)      Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar atau  peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian, pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
b)      Ir. Soekarno

Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun yang sekian abad lamanya  terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian pancasila tidak saja falsafah Negara, tetapi luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
c)      Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia. Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pancasila pada hakiakatnya merupakan dasar falsafah dan ideologi Negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambing persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa  dan Negara Indonesia.
d)     Berdasarkan Terminologi
Pada tanggal 1 juli 1945, dalam siding BPUPKI, pancasila yang memiliki arti lima asas dasar digunakan oleh Presiden Soekarno untuk memberi nama lima prinsip dasar Negara Indonesia yang siusulkannya. Perkataan tersebut dibidikan oleh temannya, seorang ahli bahasa yang duduk disamping Ir. Soekaro yaitu Muhammad yamin.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan keesokan harinya (pada tanggal 18 Agustus 1945) mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang di dalamnya memuat isi rumusan lima prinsip dasar Negara yang diberi nama pancasila. Sejak saat itulah perkataan pancasila menjadi bahasa Indonesia dan dijadikan sebagai istilah yang sudah umum.
Istilah “Pancasila” pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karangan MPU Tantular yang ditulis pada zaman majapahit abad ke 14. dalam buku tersebut, istilah pancasila diartikan sebagai lima perintah kesusilaan (pancasila kiama), yang berisi lima larangan sebagai berikut:
a.       Melakukan kekerasan
b.      Mencuri
c.       Berjiwa dengki
d.      Berbohong
e.       Mabuk akibat minuman keras
Selanjutnya istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa, kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan-santun), dasar, akhlak, dan moral. Pancasila diusulkan oleh Ir. Soekarno sebagai dasar Negara pada sedang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945.
Sejak saat itu pula pancasila digunakan sebagai nama dari dasar palsafah negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, meskipun untuk itu terdapat beberapa tata urut dan rumusan yang berbeda. Sejarah rumusan pancasila itu tidak dapat kita pisahkan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan tidak dapat pula dipisahkan dari sejarah perumusan undang-undang dasar 1945.
1.      Proses Perumusan Pancasila
Pada tanggal 7 September 1944 Jepang memberikan janji kemerdekaan bagi Indonesia melalui perdana menteri Koiso, hal in dialkukan karena Jepang secara terus menerus menderita kekalahan perang dari sekutu. Janji tersebut kemudian diumumkan oleh Jenderal kumakhichi Horada tanggal 1 Maret 1945 yang mencanangkan pembentukan badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Sebagai realisasi janji tersebut pada tanggal 29 April 1945 kepal apemerintahan Jepang untuk jawa (Gunseikan) membentuk BPUPKI dengan anggota sebanyak 60 orang yang merupakan wakil atau mencerminkan suku/ golongan yang tersebar diwilayah Indonesia. BPUPKI diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat, wakil ketua R.P. Suroso, dan pejabat yang mewakili pemerintahan Jepang Tuan Hachibangase. Dalam melaksanakan tugasnya dibentuk beberapa panitia kecil, antara lain panitia sembilan dan panitia perancang UUD. Inilah langkah awal dalam sejarah perumusan pancasila sebagai dasar negara. Secara ringkas proses perumusan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Mr. Muhammad Yamin, pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 menyampaikan rumusan asas dan dasar negara sebagai berikut:
1.      Peri kebangsaan
2.      Peri kemanusiaan
3.      Peri ketuhanan
4.      Peri kerakyatan
5.      Kesejahteraan rakyat
Setelah menyampaikan pidatonya, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan usul tertulis rancangan undang-undang dasar yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara yang berbunyi sebagai berikut:
1)      Ketuhanan yang maha esa
2)      Kebangsaan persatuan Indonesia
3)      Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4)      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5)      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
  1. Mr. Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945 antara lain dalam pidatonya menyampaikan urusaln lima dasar negara, yaitu sebagai berikut:
1)      Paham negara kesatuan
2)      Perhubungan negara dengan agama
3)      Sistem badan permusyawaratan
4)      Sosialisasi negara
5)      Hubungan antara bangsa.
  1. Ir. Soekarno, dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 mengusulkan rumusan dasar negara adalah sebagai berikut:
1)      Kebangsaan Indonesia
2)      Internasionalisme atau perikemanusiaan
3)      Mufakat atau demokrasi
4)      Kesejahteraan sosial
5)      Ketuhanan yang berkebudayaan.
  1. Panitia kecil pada sidang PPKI tanggal 22 Juni 1945 memberi usulan rumusan dasar negara adalah sebagai berikut:
1)       Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2)       Kemanusiaan yang adil dan beradab
3)       Persatuan Indonesia
4)       Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5)       Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
  1. Rumusan akhir pancasila yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI adalah sebagai berikut:
1)      Ketuhanan yang maha esa
2)      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3)      Persatuan Indonesia
4)      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5)      Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan inilah yang kemudian dijadikan dasar Negara hingga sekarang bahkan hingga akhir perjalanan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekad bahwa pancasila sebagai dasar negara tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR hasil pemilu. Jika mengubah dasar negara pancasila berarti membubarkan negara hasil proklamasi (Tap MPRS No. XX/MPRS/1966). 

Hancurnya Ekonomi Kapitalis dan Saat Bangkitnya Ekonomi Syariah


Wall Street adalah sepotong jalan di Manhattan New York sebagai pusat bisnis dunia dimana New York Stock Exchange (NYSE), Nasdaq, Merryl Lynch, Goldman Sach, Lehman Brothers, Morgan Stanley dan sebagainya berlokasi. Pada 23 September 2008, tempat ini menggegerkan dunia, karena beberapa perusahaan raksasa dunia ambruk dan bangkrut. Pemerintah Amerika menggelontorkan US$700 trilliun untuk penyelamatannya. Uang pembayar pajak sebesar itu, hanya untuk menyelamatkan beberapa gelintir pemilik modal saja. Sangat ironi memang, seandainya dipergunakan untuk mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan dan kelaparan, tentu sangat terasa manfaatnya. Itulah sistem kapitalis, selamatkan pemodal, karena mereka akan menyelamatkan pekerjanya (teorinya begitu, kenyataan beda).

Fenomena kebangkrutan perusahaan besar di AS membuktikan bahwa mereka hanya mengejar keuntungan dengan menghalalkan segala cara. Kasus Enron dan Arthur Andersen, memanipulasi akuntansi laporan keuangan untuk meningkatkan keuntungan, ternyata berdampak pada kehancuran raksasa tersebut.

Krisis ekonomi kapitalis telah terjadi berulangkali. Dari Rusia sampai ke Venezuela dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini, menyebabkan penderitaan ekonomi, pendapatan menurun, kelaparan, kerusuhan, dan meningkatnya kriminalitas.

Bila diperhatikan visi ekonomi kapitalis ternyata lebih mengutamakan pemilik modal, memperlakukannya sebagai motor penggerak, inisiator, leader dan otomatis akan menjadi penerima berkah. Di sisi lain, pekerja dan profesional sebegai pelengkap penderita saja. Kapitalisme mengabaikan aspek trancedental, moral dan ketuhanan. Dasar filosofi rasionalisme sekuler inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan yang berdampak pada kerusakan alam, kemiskinan, kerusuhan sosial, hingga menimbulkan berbagai krisis berkelanjutan.

Fondasi Kapitalisme adalah monetary based economy bukan real based economy, sehingga rente ekonomi yang diperoleh bukan berdasarkan hasil investasi produktif, namun dari investasi spekulatif. Kenyataan bahwa uang yang beredar melalui transaksi di Wall Street adalah US$ 3 triliun/hari, dimana 90% kegiatannya spekulatif tanpa kontribusi dalam perluasan lapangan kerja dan rakyat kecil. Sehingga uang sebesar itu tidak menyentuh pada rakyat kecil.

Ekonomi kapitalis tidak pro-UMKM. Perusahaan kecil tetap saja kecil sesuai hukum Deminishing Marginal Return. Perusahaan-perusahaan besar yang mempengaruhi perekonomian dunia antara lain Protecter & Gamble, Ford General Motors (GM), Westing House & General Electric (GE) serta Siemens & AEG. Dari 200 Multi National Corporation menguasai 25% pasar dunia, namun hanya menyerap 1% tenaga kerja.

Presiden George Bush pada Maret 2008 mengakui kelemahan sistem kapitalis dan setuju mengatur kembali semua lembaga keuangan. Pada pertemuan G-8 tahun 2008, di Davos-Swiss, George Soros menegaskan gejolak pasar keuangan global tidak bisa diatasi dengan penurunan suku bunga atau penyuntikan dana. Banyaknya kepalsuan dalam laporan keuangan, dan maraknya praktek-praktek penipuan menyebabkan lembaga keuangan global terjerambab dalam kebangkrutan massal. Kondisi keuangan tersebut menunjukan bahwa sistem yang berjalan tidak Islami. Namun yang menjadi pertanyaan saat ini, walaupun Bush menyetujui perubahan sistem ekonomi dunia, dan Soros menyarankan pengaturan pasar uang ketat dan mengurangi kucuran kredit ke sektor spekulatif, apakah mereka melihat potensi ekonomi syariah? Inilah tantangan nyata bagi ekonomi syariah untuk membuktikan bahwa Islam itu rahmatan lil ’alamin.

Solusi yang Sustainable

Untuk mengatasi permasalahan ini, inti dan akar permasalahannya harus dianalisis guna menetapkan solusinya dengan menerapkan al-Qur’an dan al-Hadis sebagai dasar ilmu Islam. Data empiris menunjukan bahwa pemecahan masalah ekonomi dunia selama ini hanya bersifat sementara. Untuk memperoleh solusi yang berkesinambungan dan jangka panjang, harus kembali ke epistemology ilmu dasar yaitu al-Qur’an and al-Hadis.  

Sejak Rasul Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau telah mengajarkan pelaksanaan ekonomi syariah. Pengembangan ekonomi syariah dengan seluruh derivatifnya, termasuk keuangannya berkembang sangat pesat dan meluas ke pelosok dunia, termasuk ke Eropah, Afrika, bahkan sampai ke India dan Indonesia. Namun, sejak abad ke 16, peranan Islam mulai menurun. Mulai muncullah ekonomi berdasarkan kekuatan modal dan kekuasaaan, yang lebih dikenal sebagai sistem kapitalisme. Dari fakta ini menunjukan bahwa ekonomi syariah pernah berjaya selama 10 abad.

Ekonomi Syariah

Ekonomi syariah menuntun prilaku berekonomi agar memperoleh falah. Perilaku ini terkait dengan landasan syariat sebagai rujukan moral dalam fitrahnya, yang terbentuk dengan dasar nilai Ilahiyah .

Perbedaan mendasar ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional (kapitalis dan sosialis) terletak pada sumber utama prilaku dan infrastruktur ekonomi syariah yaitu al Qur’an dan as Sunnah, yang bukan merupakan karya pakar ekonomi Islam, namun pengetahuan langsung dari sang Maha Pencipta, Allah Subhana wa ta’Allah. Di sisi lain, sumber pengetahuan ekonomi konvensional adalah intelegensi dan institusi akal manusia melalui studi empiris. Perbedaan kedua, terletak pada motif prilaku itu sendiri. Ekonomi syariah dibangun dan dikembangkan di atas nilai altruism, sedangkan ekonomi konvensional berdasarkan nilai egoisme.

Ekonomi sebagai suatu ilmu, bersifat universal, tidak terkait dengan ideologi tertentu, dapat dikembangkan dan diadopsi dari manapun selama tidak kontra produktif dengan syariah Islam. Hal ini sejalan dengan hadist Nabi SAW ”kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian” yang berarti boleh mengembangkan kemampuan produksi secara kualitas maupun kuantitas, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariah.

Prinsip utama ekonomi syariah adalah:

1.     Hidup hemat dan tidak bermewah-mewahan;

2.     Implementasi zakat;

3.     Penghapusan/pelarangan riba, gharar dan maisir, menjadi sistem bagi hasil (profit-loss sharing) dengan instrumen mudharabah dan musharakah sebagai pengganti sistem kredit dan bunganya yang membersihkan ekonomi dari segala prilaku buruk yang merusak sistem, seperti menipu dan judi;

4.     Usaha-usaha yang halal.

Keempat prinsip utama ini, bukan hanya memberi batasan-batasan moral saja, namun mengandung konsekuensi bangunan ekonomi yang signifikan berbeda dengan sistem ekonomi konvensional, antara lain eksistensi lembaga baitul mall sebagai respon implementasi sistem zakat dalam kebijakan fiskal negara, dominansi bagi hasil dalam dunia usaha dan investasi sebagai konsekuensi pelarangan bunga (riba).

Tantangan Penerapan Ekonomi Syariah Dewasa Ini

Ekonomi syariah berpotensi menggantikan posisi ekonomi konvensional, namun dalam penerapannya banyak kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain:

1.     Masih diberlakukannya pajak ganda di perbankan syariah;

2.     Belum siapnya dukungan SDM ekonomi syariah;

3.     Tidak ada kurikulum ekonomi syariah di sekolah umum, sehingga pemahaman, kesadaran serta kepedulian masyarakat rendah;

4.     Persepsi negatif sekelompok muslim dan non-muslim yang takut mengaplikasikan hukum syariah secara kafah;

5.     Belum kuatnya dukungan parpol Islam untuk menerapkan ekonomi syariah;

6.     Meningkatnya apresiasi masyarakat dan kegairahan memperluas pasar ekonomi syariah belum diikuti dengan edukasi yang memadai;

7.     Mampukah perbankan syariah memerankan fungsi intermediasi pemulihan ekonomi saat ini? sehingga mampu menggerakan sektor riil.

Sudah waktunya kita kembali ke jalan yang benar, yaitu Islam, bila ingin selamat dunia akherat. Ekonomi syari’ah akan tegak bila umatnya melaksanakan secara istiqomah. Masihkah kita belum yakin atas peringatan Allah Aza wa Jalla, ataukah kita masih menanti peringatan yang lebih dasyat lagi. Wallahua’lam bisawab.
sumber : http://www.babinrohis-nakertrans.org/artikel-islam/ambruknya-kapitalis-dan-saat-bangkitnya-ekonomi-syariah

Minggu, 12 Agustus 2012

Hikmah Dari Gaji Seorang Khalifah Islam


Ketika diangkat sebagai khalifah, tepat sehari sesudahnya Abu Bakar r.a. terlihat berangkat ke pasar dengan barang dagangannya. Umar kebetulan bertemu dengannya di jalan dan mengingatkan bahwa di tangan Abu Bakar sekarang terpikul beban kenegaraan yang berat. “Mengapa kau masih saja pergi ke pasar untuk mengelola bisnis? Sedangkan negara mempunyai begitu banyak permasalahan yang harus dipecahkan…” sentil Umar.

Mendengar itu, Abu Bakar tersenyum. “Untuk mempertahankan hidup keluarga,” ujarnya singkat. “maka aku harus bekerja.”

Kejadian itu membuat Umar berpikir keras. Maka ia pun, bersama sahabat yang lain berkonsultasi dan menghitung pengeluaran rumah tangga khalifah sehari-hari. Tak lama, mereka menetapkan gaji tahunan 2,500 dirham untuk Abu Bakar, dan kemudian secara bertahap, belakangan ditingkatkan menjadi 500 dirham sebulan. Jika dikonversikan pada rupiah, maka gaji Khalifah Abu Bakar hanya sebebsar Rp. 72 juta dalam setahun, atau sekitar Rp 6 juta dalam sebulan. Sekadar informasi, nilai dirham tidak pernah berubah.

Meskipun gaji khalifah sebesar itu, Abu Bakar tidak pernah mengambil seluruhnya gajinya. Pada suatu hari istrinya berkata kepada Abu bakar, “Aku ingin membeli sedikit manisan.”

Abu Bakar menyahut, “Aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membelinya.”

Istrinya berkata, “Jika engkau ijinkan, aku akan mencoba untuk menghemat uang belanja kita sehari-hari, sehingga aku dapat membeli manisan itu.”

Abu Bakar menyetujuinya.

Maka mulai saat itu istri Abu Bakar menabung sedikit demi sedikit, menyisihkan uang belanja mereka setiap hari. Beberapa hari kemudian uang itu pun terkumpul untuk membeli makanan yang diinginkan oleh istrinya. Setelah uang itu terkumpul, istrinya menyerahkan uang itu kepada suaminya untuk dibelikan bahan makanan tersebut.

Namun Abu Bakar berkata, “Nampaknya dari pengalaman ini, ternyata uang tunjangan yang kita peroleh dari Baitul Mal itu melebihi keperluan kita.” Lalu Abu bakar mengembalikan lagi uang yang sudah dikumpulkan oleh istrinya itu ke Baitul Mal. Dan sejak hari itu, uang tunjangan beliau telah dikurangi sejumlah uang yang dapat dihemat oleh istrinya.

Pada saat wafatnya, Abu Bakar hanya mempunyai sebuah sprei tua dan seekor unta, yang merupakan harta negara. Ini pun dikembalikannya kepada penggantinya, Umar bin Khattab. Umar pernah mengatakan, “Aku selalu saja tidak pernah bisa mengalahkan Abu Bakar dalam beramal shaleh.”(sa/berbagaisumber)

Indahnya Kaligrafi Islam di China




The Chinese and Arabic calligraphic traditions have often been compared as

the two of the world’s finest manifestations of the written word, but never likened; indeed,

they are at once opposites and complements. When combined the result is an artistic piece

that is a work of incredibly unique beauty, and a testimony to man’s synthesizing genius.
Master Calligrapher: Islamic Chinese Arabic Calligraphy
Hasilnya tidak mengecewakan…ternyata, banyak juga kaligrafi Cina yang menarik dan unik.

Islam-Chinese Calligraphy dinamakan sebagai sini khat “Sini”,
 menggabungkan elemen Arab dan tulisan Cina, menggunakan kuas bulu kuda 
yang biasa digunakan oleh orang Cina. 
Lihat gambar pertama, itu adalah lafaz بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ dalam khat Sini.
Lihat kaligrafi-kaligrafi yang terpilih dalam blog ini….

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang
dalam 5 Kaligrafi terkenal: Nasakh, Suluth, Muhaqqaq, Nastaliq, Riqa/Ruqah


Wow, cantik!
“Allah” dalam bentuk bunga.


“Ya Rahim”

Syahadatain: Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad Rasullah.

Hmmm…
Sama tapi tak serupa…
Coba terka ketiga-tiga “khat Sini” ini membawa maksud apa?
(Ini Lafaz Basmallah)


Lafaz Basmallah (besar) dan doa dari al-Quran
“Dan dia berkata; Tuhanku Tambahkanlah Ilmuku” (kecil – tulisan Cina)


Orang Bersorban
Ya Mustafa (gelaran Nabi Muhammad)


Surah Al-Fatihah
(Kertas ini dibentang mengikut cara penulisannya,
walaupun Al-Fatihah akan lebih jelas jikalau horizontal)


Kaligrafi Arab

Alhamdulillah (Segala Puji Bagi Allah)
diatas kertas bermotif “Kipas Emas”


Al-Rahim
(Yang Maha Penyayang)


Allahuakbar….
Makrokaligrafi Pedang.


Lafaz Basmallah. (Kecil) dan Surah Al-Ikhlas.

Kaligrafi Arab oleh penulis Cina.
Lafaz Basmallah, Asma’ul Husna, dan Hadith Nabi dari Abu Hurairah


Khat Sini “bergerigi”…

Basmallah dan Syahadatain.

Wow!
Lafaz Basmallah, Asma’ul Husna
dan petikan ayat Quran.


Bulatan demi bulatan (macam piring)
Syahadatain (3 bulatan)
Alhamdulillahi Rabbil Alamin (tengah)


Pohon?
Syahadatain


Syahadatain
Makrokaligrafi Pedang Bermata Dua


Al-Fatihah dan Syahadatain

Lafaz Basmallah
Surah Al-Ikhlas dan
“الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ


Makrokaligrafi Buah (Seperti Buah Pear)
- Lafaz Basmallah Dan Ayat Kursi


Lafaz Basmallah, tak tau motif makrokaligrafinya apa…

Lafaz Basmallah,
Makrokaligrafi Kubah Masjid


Lafaz Basmallah

Motif Alam sekitar + Labu Air?
Lafaz Basmallah


Alhamdulillah dan Syahadatain.
Makrokaligrafi Permaidani


Alhamdulillah…
Makrokaligrafi Seperti Pohon, Akar dan Tanah…


Ada motif makrokaligrafi ( kapal layar?)
Alhamdulillah.

sumber;  http://putrahermanto.wordpress.com/

Kebangkitan Islam di Andalusia


Andalusia adalah “bintang yang jatuh” dari negeri Islam. Penduduknya yang beragama islam mengalami Beribu duka karena kebencian, penindasan, dan pemaksaan oleh pihak gereja untuk memeluk agama kristen. Luka yang dialaminya terasa semakin perih ketika mereka dikhianati oleh saudaranya sesama muslim yang lebih memilih bergabung dengan musuh untuk menyerang mereka daripada memberikan bantuan. Sampai saat ini pun sebagian umat islam menganggap umat Islam di Andalusia telah musnah. Padahal, realitas menunjkan bahwa umat Islam di Andalusia tetap eksis.
Bagaimana perjuangan muslim di Andalusia? Apakah yang mereka lakukan untuk berpengang teguh pada Islam? Dan, bagaimanakah eksistensi umat islam di Andalusia saat ini? Jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut akan kita dapati seluruhnya dalam buku Kebangkitan Islam di andalusia penerbit Gema Insani, ayo buruan beli ya bukunya.